BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani yang
mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena
ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan keindahan dan
kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya.
Berhadapan dengan alam yang indah, luas, bagus, dan ajaib pada pada saat malam
hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam ini. Lalu
timbul pertanyaan di dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana
terjadinya, bagaimana kemajuannya dan ke mana sampainya. Demikianlah selama
beratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian para ahli
pikir atau filusuf. Akan tetapi, hendaknya perlu diperhatikan bahwa pertanyaan
yang dapat menimbulkan filsafat bukanlah pertanyaan yang sembarangan.
Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan
couriousity ‘ketertarikan’.
Manusia
Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian yang
menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya
semuanya itu kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan
mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan
antara mite itu dan menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite
yang lain.
Pemikiran
mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka adalah,
‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu
dipuja dan disembah.
Akibat
dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta
semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran
keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos
(rasio / ilmu).
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara
yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara
ilmiah.
Dalam
mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal
mitis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka
mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum,
mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti
kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati
problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
BAB
II
FILSAFAT
YUNANI
A.
Pembahasan
Filsafat yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal smunculnya
filsafat. Pada waktu itu sekitar abad ke VI SM di wilayah yunani mncul pemikir-pemikir
yang disebut filosof alam. Dinamakan demikian karena objek ynag dijadikan pokok
persoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filosof mereka adalah
memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang menjadi
setral persoalan bagi mereka.
Pemikiran yang demikian waktu itu merupakan pemikiran yang sangat maju,
rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima begitu
saja keadaan alam seperti apa yang dapat di tangkap dengan inderanya, tanpa
mempersoalkan lebih jauh. Sedangkan di lain pihak orang cukup puas menerima
keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang. Yang bersumber pada
mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal fikiran tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
(dongeng-dongeng).[1]
Para filosof alam tersebut tidak mempercayai cerita-cerita yang demikian,
dan menganggapnya sebagai tahayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka
berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya
pikirannya sendiri. Maka mereka pantas mendapak sebutan sebagai radikal, karena
pemikiran mereka sampai pada akar (radik = akal) dari alam yang dipersoalkan.
Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme.
Rasionalisme yunani alah mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk
melihat rasionalisme sofis perlu lebih dahulu dipahami latar belakangnya. Latar
belakang ini terletak pada pemikiran filsafat sebelumnya.[2]
B.
Filsafat Pra
Socrates, Plato dan Aristoteles
1. THALES
Thales (624-546 SM), orang miletus itu digelari
bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar ini
diberikan karena, ia mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar, yang jarang di
perhatikan orang, juga orang zaman sekarang. Apa sebenarnya bahan alam semesta
ini ? tak pelak lagi pertanyaan ini amat mendasar. Terlepas dari apapun
jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapatmengangkat namanya menjadi filosof
pertama. Ia sendiri menjawab air. Karena menurut thales air sebagai asal alam
semesta barangkali karena ia melihat sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam
kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung diatas air.
2. ANAXIMANDER
Anaximander
mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu yang bersifat substansi pertama
itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximender mengatakan itu udara.
Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasannya.
3. HERACLITIUS
Paham
relatifisme semakin mempunyai dasar setelah hetaclitus (544-484 SM) menyatakan
(engkau tidak dapat terjun kesungai yang sama dua kali karena air sungai itu
selalu mengalir.
Menurut
heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita
hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu
dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam). Ia selalu bergerak, dan bergerak
berarti berubah.
4. PARMANIDES
Parmanidesadalah
salah seorang tokoh relativisme yang penting, kalau bukan yang terpenting.
Paramedis yan lahir kira-kira tahun 450 SM dikatakan sebagai logikawan pertama
dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian
modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak
seperti heraclitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato
amat menghargai metode parmanides itu, dan plato lebih banyak mengambil dari
parmanedis dibandingkan dengan dari filosof lain pendahulunya.
5. ZENO
Zeno ( menurut plato ia lahir pada tahun 450
SM) mulai memperlihatkan konsekuensi rumus tersebut. Ia dapat merelatifkan
kebenaran ynag telah mapan, perhatikanlah :
Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam
suatu balapan. Untuk mencapai garis finis itu mula-mula anda harus menempuh
jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, setengah
dari sisa, setengah dari sisa, dan kerja anda selanjutnya ialah menghabiskan
sisa yang tidak pernah akan habis. Anda tidak pernah mencapai garis finis,
padahal secara empiris anda telah lama mencapai garis finis itu. [3]
6. PROTAGORAS
Salah
seorang tokoh dari barisan sofis ialah protagoras. Ia menyatakan bahwa manusia
adalah ukuran kebenaran. Pertanyaan ini adalah tulang punggung humanisme.
Pertanyaan yang muncul ialah apakah yang di maksudkannaya manusia individu
ataukah manusia pada umumnya. Memang dua hal ynag menimbulkan konsekuensi yang
sungguh berbeda. Akan tetapi, tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud
oleh protagoras. Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat
pribadi (private).
7. GORGIAS
Gorgias datang ke athena pada tahun 427 SM dari
leontine. Ada tiga proposisi yang di ajukan oleh gorgias. Pertama, tidak
ada yang ada. maksudnya, realitas itu sebenarnya tidak ada. Bukankah zeno juga
pernah sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu selalu tidak pada
paradoks. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak akan dapat di ketahui.
Ini di sebabkan oleh pengindraan itu sumber ilusi. Akal menurut gorgias, tidak
juga mampu meyakini kita tentang bahan alam semesta ini karena kita telah di
kunkung oeh dilema subjektif. Kita berfikit sesuai dengan kemauan, idea kita, yang
kita terapkan pada fenomena. Proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran. Ketiga,
menurut gorgias, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan
dapat diberitahukan ada orang lain.[4]
C.
Filsafat Socrates,
Plato dan Aristoteles
1. SOCRATES
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori
sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ia menyebabkan
kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabanya socrates harus
bangkit. Ia harus meyakinkan orang athena bahwa tidak semua kebenaran itu
relatif. Ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian
kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya.
Megenai riwayat socrates tidak banyak di ketahui karena socrates tidak
meninggakan tulisan. Ajarannya kita peroeh dari tulisan murid-muridnya,
Aristophanes, Xenophone, Plato, dan Aristoteles. Orang yang paling banyak
menulis tentang dirinya adalah plato yang beupa dialog-dialog.
Socrates adalah anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama
Phairnarete, yang pekerjaannya sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe
yang di kenal sebagai ornag yang judes (galak dan keras). Ia berasal dari
keluarga yang kaya kemudian mendapat pendidikan yang baik, kemudian menjadi
prajurit athena.[5]
Kehidupan socrates (470-399 SM) berada
ditengah-tengah keruntuhan imperium athena. Tahun terakhir kehidupannya sempat
menyaksikan keruntuhan athena oleh kehancuran orang-orang oligarki, dan
orang-orang demokratis. Di sekitarnya dasar-dasar lama remuk, kekuasaan jahat
mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa
politik yang menjadi orang-orang sombong di bandingkan dengan sebelumnya.
Pemuda-pemuda athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari
kaum sofis, sedangkan socrates adalah seorang penganut moral yang absolut dan
meyakini bahwa menegakan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan
idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Antara tahun 421 dan 416 SM adalah masa-masa buruknya hubungan athena
dengan sparta. Periode menyaksikan kebangkitan Alcibeades, salah seorang murid
socrates. Ia pula yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran
athena. Ia bertanggung jawab atas kekalahan athena di syiracuse 413 SM.
Beberapa negara kecil datang merampok athena. Revolusi ini menandai mulai
hancurnya athena. Delapan tahun kemudian orang-orang sparta, di bawah
komandannya lysander, menghancurkan athena. Tahun 404 SM perang peloponesia
berakhir, menghasilkan athena takluk di bawah sparta. Antara tahun 404-403 SM
partai oligarki menguasai athena. Tiga tiran kekuasaan dengan tangan besi dan
menggunakan metode teror. Tahun 403 SM ddemokrasi untuk terakhir kalinya di
coba di bangun, tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijak sana. Di bawah
sponsor merekalah pada tahuan 399 SM socrates dituduh dengan dua tuduhan :
merusak pemuda dan menolak tuhan-tuhan negara. Akan tetapi, Kirgegaard, bapak
eksistensialisme modern, amat mengagumi socrates, dan ia menjadikan filsafat
socrates sebagai model filsafatnya. [6]
2.
PLATO
Plato lahir tahun 427 SM dan hidup sezaman dengan socrates. Ia adalah
salah seorang murid dan teman socrates. Plato
adalah pengikut socrates yang taat di antara para pengikut nya yang mempunyai
pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga di kenal sebagai
sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang
dirinya dapat diperoleh secara cukup.
Ia lahir di athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari
socrates, pythagoras, herecleitos, dan elia. Akan tetapi ajaran yang peling
besar pengaruhnya adalah dari nama ariston dan ibunya bernama perikteone.[7]
Plato di kenal sebagai filosof dualisme, artinya ia mengakui adanya dua
kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide dan dunia bayangan
(inderawi). Dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi, didalamnya tidak ada
perubahan, sedangkan dunia bayangan adalah dunia yang berubah, yang mencakup
benda-benda jasmani dyang disajikan kepada indra. Bertitik tolak dari pandangan
ini, plato mengajarkan ada dua bentuk pengenalan. Di satu ihak ada pengenalan
idea-idea yang merupakan pengenalan dalam arti yang sebenarnya. Pengenalan ini
merupakan sifat-sifat yang sama seperti objek-objek yang menjadi arah
penegenalan yang siftanya teguh, jelas, dan tidak berubah. Di pihak lain ada
pengenalan tentang benda- benda jasmani. Penegenalan ini mempunyai sifat-sifat
tidak tetap, selalu berubah.[8]
Di duga, plato sampai akhir hayatnya hanya bermaksud menguraikan gagasan
gurunya, socrates. Namun, karena sikap jiwanya yang terbuka dan maksud hatinya
yang selalu ingin menjadika orang lain terbebas dari sikap mau menerima saja secara
membabi buta pemikiran orang klain, telah menjadikanna mampu menciptakan
teorinya sendiri. Menurut plato, keutamaan sebuah negara terletak pada
tercipyanya kesejahtraan dalam masyarakat yang di perintahnya, bukan
kesejahtraan bagi orang yang memerintahnya. Maksudnya yaitu seorang pemerintah
seyogianya haruslah orang yang selama hidupnya mau mengabdikan dan mengorbankan
kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang yang di pimpinnya.[9]
3.
ARISTOTELES
Ia lahir di stageira, yunani utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang
dokter pribadi di raja macedonia amyntas. Hidupnya di lingkungan istana. Pada
usia 17 tahun ia di kirim ke athena untuk belajar di akademia plato selamakira-kira
20 tahun hingga plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di akademi
tentang plato untuk mengajar logika dan retorika dari beberapa subjek yang di
ajarkan di akademi plato yaitu matematika, retorika, filsafat, dan olahraga.[10]
Setelah plato meninggal dunia, aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan
meninggalkan athena. Tiba di assos, aristoteles dan rekannya mengajar di sekoah
Assos. Di sini Aristoteles menikan dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota assos
diserang oleh tentara parsi, rajanya (rekan Aristoteles) di bunuh, kemudian kemudian
Aristoteles denagn kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos
tidak jauh dari Assos.
Tahun 342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari Macdonia untuk
mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles mendirikan sekolah
Lykeion. [11]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani yang
mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena
ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan keindahan dan
kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya.
Para filosof tidak mempercayai cerita-cerita kejadian alam dari cerita
nenek moyang. Yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu
kebenaran lewat akal fikiran tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran
yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng). Para filosof, menganggapnya
sebagai tahayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka berusaha untuk
mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirannya
sendiri.
B.
Saran
Dari uraian makalah di atas, kami mengajak teman-teman agar tidak
menerima sesuatu dengan apa adanya. Akan tetapi mari kita pikirkan terlebih
dahulu apa, bagaimana, kenapa sesuatu yang di anggap benar sebelum kita mempercayai
sesuatu tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Asmoro, filsafat
umum, Jakarta:
PT Grafindo Persada, 2007.
Syadali, Ahamadi, Filsafat umum, Bandung : Pustaka Setia, 1999.
Hatta, Mohammad, Alam
pikiran Yunani, Jakarta: Universitas
Indonesia, 1986
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai
Capra, Bandung
: Rosdakarya, 2003.
Rizal, Mustansyir & Misnal, Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Rozak, Abu & Isep ZainalArifin, Filsafat Umum, Bandung: Pusaka Tama, 2002.
Garden, Jostein, Dunia Sophie, Bandung: Mizan, 2010.
Budiawan, Sugihardjo, Sumobroto, Sejarah Peradaban Barat Klasik
dari Pra Sejarah Hungga runtuhnya Romawi, Yogyakarta:
Liberty, 1989.
[1] Drs. Asmoro Ahmadi filsafat umum Jakarta:PT
Grafindo Persada, 2007 hal 31
[2] Drs. Ahmad Syadali, M. A Filsafat
umum Bandung : Pstaka Setia, 1999 Hal 39
[3] Mohammad Hatta, Alam pikiran Yunani Jakarta: Universitas
Indonesia, 1986 hal 15
[4] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai Capra Bandung : Rosdakarya, 2003
hal 48-53
[5] Drs. Asmoro Ahmadi filsafat umum jakarta:PT
Grafindo Persada, 2007 hal 49
[6] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai Capra Bandung : Rosdakarya, 2003
hal Ibid 53
[7] Drs. Asmoro Ahmadi Filsafat umum jakarta:PT
Grafindo Persada, 2007 hal 50-51
[8] Drs. Rizal Mustansyir
M.Hum & Drs. Misnal Munir M.Hum Filsafat Ilmu yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2003 hal 63-64
[9] Drs. Abu Rozak, M.A. &
Drs. H. Isep ZainalArifin, M.A Filsafat Umum Bandung: Pusaka Tama
2002 hal 126
[10] Jostein Garden Dunia
Sophie Bandung: Mizan 2010 hal 142
[11] Dr. Sugihardjo Sumobroto Budiawan, Sejarah
Peradaban Barat Klasik dari Pra Sejarah Hungga runtuhnya Romawi, Yogyakarta:
Liberty 1989 hal 81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar