Senin, 25 November 2013

Filsafat Yunani

BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani yang mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya. Berhadapan dengan alam yang indah, luas, bagus, dan ajaib pada pada saat malam hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam ini. Lalu timbul pertanyaan di dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya, bagaimana kemajuannya dan ke mana sampainya. Demikianlah selama beratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian para ahli pikir atau filusuf. Akan tetapi, hendaknya perlu diperhatikan bahwa pertanyaan yang dapat menimbulkan filsafat bukanlah pertanyaan yang sembarangan.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’.
Manusia Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian yang menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya semuanya itu kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite yang lain.
Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka adalah, ‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu dipuja dan disembah.
Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio / ilmu). Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah.
Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mitis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.



BAB II
FILSAFAT YUNANI
A.    Pembahasan
Filsafat yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal smunculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad ke VI SM di wilayah yunani mncul pemikir-pemikir yang disebut filosof alam. Dinamakan demikian karena objek ynag dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filosof mereka adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang menjadi setral persoalan bagi mereka.
Pemikiran yang demikian waktu itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat di tangkap dengan inderanya, tanpa mempersoalkan lebih jauh. Sedangkan di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang. Yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal fikiran tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).[1]
Para filosof alam tersebut tidak mempercayai cerita-cerita yang demikian, dan menganggapnya sebagai tahayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirannya sendiri. Maka mereka pantas mendapak sebutan sebagai radikal, karena pemikiran mereka sampai pada akar (radik = akal) dari alam yang dipersoalkan.
Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme yunani alah mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu lebih dahulu dipahami latar belakangnya. Latar belakang ini terletak pada pemikiran filsafat sebelumnya.[2]
B.     Filsafat Pra Socrates, Plato dan Aristoteles

1.      THALES
Thales (624-546 SM), orang miletus itu digelari bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar ini diberikan karena, ia mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar, yang jarang di perhatikan orang, juga orang zaman sekarang. Apa sebenarnya bahan alam semesta ini ? tak pelak lagi pertanyaan ini amat mendasar. Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapatmengangkat namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air. Karena menurut thales air sebagai asal alam semesta barangkali karena ia melihat sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung diatas air.
2.      ANAXIMANDER
            Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu yang bersifat substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximender mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasannya.
3.      HERACLITIUS
            Paham relatifisme semakin mempunyai dasar setelah hetaclitus (544-484 SM) menyatakan (engkau tidak dapat terjun kesungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir.
            Menurut heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam). Ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah.
4.      PARMANIDES
            Parmanidesadalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, kalau bukan yang terpenting. Paramedis yan lahir kira-kira tahun 450 SM dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti heraclitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato amat menghargai metode parmanides itu, dan plato lebih banyak mengambil dari parmanedis dibandingkan dengan dari filosof lain pendahulunya.
5.      ZENO
            Zeno ( menurut plato ia lahir pada tahun 450 SM) mulai memperlihatkan konsekuensi rumus tersebut. Ia dapat merelatifkan kebenaran ynag telah mapan, perhatikanlah :
Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam suatu balapan. Untuk mencapai garis finis itu mula-mula anda harus menempuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, setengah dari sisa, setengah dari sisa, dan kerja anda selanjutnya ialah menghabiskan sisa yang tidak pernah akan habis. Anda tidak pernah mencapai garis finis, padahal secara empiris anda telah lama mencapai garis finis itu. [3]
6.      PROTAGORAS
            Salah seorang tokoh dari barisan sofis ialah protagoras. Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Pertanyaan ini adalah tulang punggung humanisme. Pertanyaan yang muncul ialah apakah yang di maksudkannaya manusia individu ataukah manusia pada umumnya. Memang dua hal ynag menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda. Akan tetapi, tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh protagoras. Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private).
7.      GORGIAS
Gorgias datang ke athena pada tahun 427 SM dari leontine. Ada tiga proposisi yang di ajukan oleh gorgias. Pertama, tidak ada yang ada. maksudnya, realitas itu sebenarnya tidak ada. Bukankah zeno juga pernah sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu selalu tidak pada paradoks. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak akan dapat di ketahui. Ini di sebabkan oleh pengindraan itu sumber ilusi. Akal menurut gorgias, tidak juga mampu meyakini kita tentang bahan alam semesta ini karena kita telah di kunkung oeh dilema subjektif. Kita berfikit sesuai dengan kemauan, idea kita, yang kita terapkan pada fenomena. Proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran. Ketiga, menurut gorgias, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat diberitahukan ada orang lain.[4]
C.    Filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles
1.      SOCRATES
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ia menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabanya socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif. Ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya.
Megenai riwayat socrates tidak banyak di ketahui karena socrates tidak meninggakan tulisan. Ajarannya kita peroeh dari tulisan murid-muridnya, Aristophanes, Xenophone, Plato, dan Aristoteles. Orang yang paling banyak menulis tentang dirinya adalah plato yang beupa dialog-dialog.
Socrates adalah anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaannya sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang di kenal sebagai ornag yang judes (galak dan keras). Ia berasal dari keluarga yang kaya kemudian mendapat pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit athena.[5]  Kehidupan socrates (470-399 SM) berada ditengah-tengah keruntuhan imperium athena. Tahun terakhir kehidupannya sempat menyaksikan keruntuhan athena oleh kehancuran orang-orang oligarki, dan orang-orang demokratis. Di sekitarnya dasar-dasar lama remuk, kekuasaan jahat mengganti keadilan disertai  munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang sombong di bandingkan dengan sebelumnya.
Pemuda-pemuda athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis, sedangkan socrates adalah seorang penganut moral yang absolut dan meyakini bahwa menegakan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Antara tahun 421 dan 416 SM adalah masa-masa buruknya hubungan athena dengan sparta. Periode menyaksikan kebangkitan Alcibeades, salah seorang murid socrates. Ia pula yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran athena. Ia bertanggung jawab atas kekalahan athena di syiracuse 413 SM. Beberapa negara kecil datang merampok athena. Revolusi ini menandai mulai hancurnya athena. Delapan tahun kemudian orang-orang sparta, di bawah komandannya lysander, menghancurkan athena. Tahun 404 SM perang peloponesia berakhir, menghasilkan athena takluk di bawah sparta. Antara tahun 404-403 SM partai oligarki menguasai athena. Tiga tiran kekuasaan dengan tangan besi dan menggunakan metode teror. Tahun 403 SM ddemokrasi untuk terakhir kalinya di coba di bangun, tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijak sana. Di bawah sponsor merekalah pada tahuan 399 SM socrates dituduh dengan dua tuduhan : merusak pemuda dan menolak tuhan-tuhan negara. Akan tetapi, Kirgegaard, bapak eksistensialisme modern, amat mengagumi socrates, dan ia menjadikan filsafat socrates sebagai model filsafatnya. [6]
2.      PLATO
Plato lahir tahun 427 SM dan hidup sezaman dengan socrates. Ia adalah salah seorang murid dan teman socrates.  Plato adalah pengikut socrates yang taat di antara para pengikut nya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga di kenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperoleh secara cukup.
Ia lahir di athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari socrates, pythagoras, herecleitos, dan elia. Akan tetapi ajaran yang peling besar pengaruhnya adalah dari nama ariston dan ibunya bernama perikteone.[7]
Plato di kenal sebagai filosof dualisme, artinya ia mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide dan dunia bayangan (inderawi). Dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi, didalamnya tidak ada perubahan, sedangkan dunia bayangan adalah dunia yang berubah, yang mencakup benda-benda jasmani dyang disajikan kepada indra. Bertitik tolak dari pandangan ini, plato mengajarkan ada dua bentuk pengenalan. Di satu ihak ada pengenalan idea-idea yang merupakan pengenalan dalam arti yang sebenarnya. Pengenalan ini merupakan sifat-sifat yang sama seperti objek-objek yang menjadi arah penegenalan yang siftanya teguh, jelas, dan tidak berubah. Di pihak lain ada pengenalan tentang benda- benda jasmani. Penegenalan ini mempunyai sifat-sifat tidak tetap, selalu berubah.[8]
Di duga, plato sampai akhir hayatnya hanya bermaksud menguraikan gagasan gurunya, socrates. Namun, karena sikap jiwanya yang terbuka dan maksud hatinya yang selalu ingin menjadika orang lain terbebas dari sikap mau menerima saja secara membabi buta pemikiran orang klain, telah menjadikanna mampu menciptakan teorinya sendiri. Menurut plato, keutamaan sebuah negara terletak pada tercipyanya kesejahtraan dalam masyarakat yang di perintahnya, bukan kesejahtraan bagi orang yang memerintahnya. Maksudnya yaitu seorang pemerintah seyogianya haruslah orang yang selama hidupnya mau mengabdikan dan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang yang di pimpinnya.[9]
3.      ARISTOTELES
Ia lahir di stageira, yunani utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja macedonia amyntas. Hidupnya di lingkungan istana. Pada usia 17 tahun ia di kirim ke athena untuk belajar di akademia plato selamakira-kira 20 tahun hingga plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di akademi tentang plato untuk mengajar logika dan retorika dari beberapa subjek yang di ajarkan di akademi plato yaitu matematika, retorika, filsafat, dan olahraga.[10]
Setelah plato meninggal dunia, aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan meninggalkan athena. Tiba di assos, aristoteles dan rekannya mengajar di sekoah Assos. Di sini Aristoteles menikan dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota assos diserang oleh tentara parsi, rajanya (rekan Aristoteles) di bunuh, kemudian kemudian Aristoteles denagn kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.
Tahun 342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari Macdonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion. [11]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani yang mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya.
Para filosof tidak mempercayai cerita-cerita kejadian alam dari cerita nenek moyang. Yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal fikiran tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng). Para filosof, menganggapnya sebagai tahayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirannya sendiri.

B.     Saran
Dari uraian makalah di atas, kami mengajak teman-teman agar tidak menerima sesuatu dengan apa adanya. Akan tetapi mari kita pikirkan terlebih dahulu apa, bagaimana, kenapa sesuatu yang di anggap benar sebelum kita mempercayai sesuatu tersebut.





DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Asmoro,  filsafat umum,   Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007.
Syadali, Ahamadi, Filsafat umum,   Bandung : Pustaka Setia, 1999.
Hatta, Mohammad, Alam  pikiran Yunani, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai Capra,  Bandung : Rosdakarya, 2003. 
Rizal, Mustansyir & Misnal, Munir, Filsafat Ilmu,  Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Rozak, Abu & Isep ZainalArifin, Filsafat Umum,   Bandung: Pusaka Tama, 2002.
Garden, Jostein, Dunia Sophie,  Bandung: Mizan, 2010.
Budiawan, Sugihardjo, Sumobroto, Sejarah Peradaban Barat Klasik dari Pra Sejarah Hungga runtuhnya Romawi, Yogyakarta: Liberty, 1989.



[1] Drs. Asmoro Ahmadi  filsafat umum Jakarta:PT Grafindo Persada, 2007 hal  31
[2] Drs. Ahmad Syadali, M. A Filsafat umum Bandung : Pstaka Setia, 1999 Hal 39
[3] Mohammad  Hatta, Alam  pikiran Yunani Jakarta: Universitas Indonesia, 1986  hal 15  
[4] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai Capra Bandung : Rosdakarya, 2003 hal 48-53
[5] Drs. Asmoro Ahmadi  filsafat umum jakarta:PT Grafindo Persada, 2007 hal  49
[6] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Theles Sampai Capra Bandung : Rosdakarya, 2003 hal  Ibid  53
[7] Drs. Asmoro Ahmadi  Filsafat umum jakarta:PT Grafindo Persada, 2007 hal 50-51
[8] Drs. Rizal Mustansyir M.Hum & Drs. Misnal Munir M.Hum Filsafat Ilmu yogyakarta: Pustaka Pelajar 2003 hal  63-64
[9] Drs. Abu Rozak, M.A. & Drs. H. Isep ZainalArifin, M.A  Filsafat Umum Bandung: Pusaka Tama 2002 hal 126
[10] Jostein Garden Dunia Sophie Bandung: Mizan 2010 hal 142
[11]  Dr. Sugihardjo Sumobroto Budiawan, Sejarah Peradaban Barat Klasik dari Pra Sejarah Hungga runtuhnya Romawi, Yogyakarta: Liberty 1989 hal 81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar